5 Perempuan Pushtun yang Cantik dan Berani di Dunia

[lihat.co.id] - Pushtun atau Fushtun menjadi istilah yang merebak setelah rekaman percakapan dan transkrip antara 2 tersangka dugaan kasus korupsi pengaturan impor sapi Luthfi Hasan Ishaaq dan Ahmad Fathanah. Terkuak kemudian arti Pushtun,

yakni suku di Pakistan dan Afghanistan yang perempuannya terkenal cantik. Namun tak cuma cantik, perempuan Pushtun juga terkenal berani. Seperti 5 perempuan ini. Perempuan-perempuan Pushtun ini berani karena mengalami tekanan di negaranya yang sedang berkonflik dan kental dengan nilai-nilai patriarki.

Mereka menyuarakan pendapatnya melalui blog, menjadi seniman, sastrawati hingga politisi Beberapa di antaranya ditembak menjadi martir. Berikut perempuan Pushtun yang cantik nan berani, seperti dikutip dari berbagai sumber:

1. Malala Yosafzai
[lihat.co.id] - Siapa tak kenal Malala Yousafzai, gadis Pakistan suku Pashtun yang menjadi pejuang pendidikan di usianya yang masih sangat belia, 14 tahun.

Malala ditembak oleh kelompok Taliban saat berada di bus sekolah di Pakistan pada Oktober 2012 lalu. Aktivitas Malala yang kerap menyerukan pentingnya pendidikan bagi anak-anak perempuan dan kecamannya terhadap Taliban, telah membuat marah kelompok militan itu.

Malala yang terkena tembakan di kepala, lolos dari percobaan pembunuhan itu. Dalam beberapa hari setelah kejadian, dia pun dilarikan ke rumah sakit di Inggris untuk perawatan lebih lanjut. Para dokter bedah di rumah sakit Queen Elizabeth Hospital, Birmingham, berhasil menyelamatkan jiwa Malala.

Malala kini diperkirakan akan menjadi warga permanen Inggris setelah ayahnya diangkat sebagai atase pendidikan di Konsulat Pakistan di Birmingham. Tidak hanya itu, Malala juga dinominasikan sebagai salah satu penerima Nobel Perdamaian tahun 2013 atas kiprahnya tersebut.

 2. Ghazala Javed
[lihat.co.id] - Ghazala Javed adalah seorang penyanyi terkenal dari Peshawar, Pakistan. Musiknya terkenal sampai Afghanistan dan suku Pashtun di seluruh dunia. Perempuan kelahiran Swat Valley, Pakistan, pada 1 Januari 1988 ini tewas ditembak pria-pria bersenjata saat keluar dari salon kecantikan di Peshawar.

Ayah wanita berumur 24 tahun itu yang sedang bersamanya saat kejadian, juga tewas dalam insiden yang terjadi Senin, 18 Juni 2012 lalu. Kepolisian Pakistan mengatakan, mantan suami wanita itu menjadi tersangka dalam kasus ini.

Javed ditembak enam kali sementara ayahnya terkena tembakan sekali di kepalanya. Javed kabur ke Peshawar pada tahun 2009 untuk melarikan diri dari kota asalnya, Swat Valley, yang ketika itu didominasi Taliban Dia kabur dikarenakan militer Taliban saat itu tengah melancarkan operasi sweeping khususnya terhadap para penyanyi dan penari.

Untuk mengembangkan kariernya sebagai penyanyi dan penari, Javed pun menetap di Peshawar. Pada tahun 2010, wanita itu menikah dengan pengusaha Jahangir Khan Namun dia kemudian meminta cerai setelah mengetahui suaminya telah memiliki istri lain. Juga karena sang suami melarangnya untuk terus menjadi penyanyi. Javed meninggal pada usia 24 tahun.

3. Malalai Joya
[lihat.co.id] - Malalai Joya adalah aktivis politik, penulis dan mantan anggota DPR Afghanistan. Perempuan kelahiran Provinsi Farah, Afghanistan, pada 25 April 1978 ini, menjadi aktivis sosial pada usia yang sangat muda, kelas 8 atau sekitar 14 tahun.

Pada tahun 1982, keluarga Malalai menjadi pengungsi ke Iran karena negaranya terlibat perang Uni Soviet versus Mujahidin plus negara sekutu seperti AS dan Inggris. Saat itu Malalai baru berusia 4 tahun. Kemudian, kelas 8 dia terjun ke masyarakat menjadi aktivis sosial.

Malalai mulai melihat ketimpangan, korban-korban sipil yang akhirnya tak bisa mengenyam pendidikan karena situasi politik, juga kekurangan gizi dan kondisi kesehatan yang payah Saya ingat satu keluarga yang saya temui, bayinya tinggal kulit membalut tulang, tak mampu membayar dokter, mereka hanya menunggui bayi mereka untuk mati. Saya percaya bahwa tak ada pembuat film, penulis, 
yang mampu menggambarkan penderitaan yang kami alami. Tak hanya di Afghanistan, juga Palestina, Irak. Anak-anak Afghanistan seperti di Palestina. Mereka melawan musuh dengan batu. Anak-anak macam ini menjadi pahlawan saya," jelas Malalai Malalai akhirnya menjadi penulis, aktivis dan anggota DPR Afghanistan 2005-2007. Memperjuangkan pendidikan

dan hak-hak perempuan serta anak-anak, Malalai menulis biografinya yang berjudul 'Raising My Voice' tahun 2009 lalu Dia sangat vokal pada pemerintahan Hamid Karzai, dan mendapat julukan 'perempuan paling berani di Afghanistan' dari BBC. Majalah Time 2010 memasukkannya pada 100 orang berpengaruh di dunia, The Guardian memasukkannya dalam daftar 100 aktivis perempuan.

4. Nadia Anjuman
[lihat.co.id] - Nadia Anjuman adalah sastrawati dan jurnalis dari Afghanistan. Nadia juga adalah mahasiswi di Universitas Herat di Afghanistan, yang telah menerbitkan buku kumpulan puisi, Gul-e-dodi (Bunga Merah Gelap). Puisinya terkenal di Afghanistan, Pakistan hingga Iran.

Namun, suatu hari, Nadia ditemukan tewas pada November 2005 lalu di barat Kota Herat. Di kepala Nadia ditemukan luka iris dan ada luka lebam. Diketahui kemudian Nadia dibunuh oleh suaminya sendiri setelah menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya.

Saat rezim Taliban berkuasa, Nadia dan penulis perempuan lain yang menghadiri kelas menulis dan membaca bisa berakhir dengan pembunuhan dan mutilasi Keluar rumah bisa berarti mati. Penulis perempuan di kampus Heret juga dilarang membaca karya sastra William Shakespeare dan Fyodor Dostoevsky. Kalau melanggar, mereka akan digantung.

5. Malalai Kakar
[lihat.co.id] - Malalai Kakar adalah polisi perempuan yang memiliki jabatan tinggi pertama di Afghanistan. Kakar adalah kepala Departemen Kriminal terhadap Perempuan Kandahar berpangkat Letkol Dia adalah perempuan pertama lulusan Akademi Kepolisian Kandahar, sekaligus investigator perempuan pertama di Kepolisian Kandahar. Kakar masuk Kepolisian pada tahun 1982, mengikuti jejak kakak dan ayahnya.

Pada 28 September 2008, Kakar ditembak antara pukul 07.00 - 08.00 pagi saat mengendarai mobil ke kantor, tepat di depan rumahnya Diketahui kemudian pembunuh itu adalah Taliban. Masalah kesetaraan gender masih mendominasi di Afghanistan, pasca rezim Taliban digulingkan